Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pelabuhan Tanjung Priok

Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara dinilai sudah tidak lagi mampu menampung peti kemas yang masuk. Akibatnya, terjadi penumpukan yang mengakibatkan kerugian hingga ratusan juta rupiah setiap harinya.

"Jika dihitung per tahun, peningkatannya mencapai 13-15 persen," kata Wakil Ketua Umum bidang Perhubungan Kadin DKI Jakarta, Syafrizal, Minggu 21 Januari 2011.

Kondisi ini terjadi lantaran terus meningkatnya jumlah arus peti kemas yang masuk ke pelabuhan itu. Menurut dia, saat ini penumpukan barang di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, sudah terjadi overload hingga lebih dari 100 persen.

Seharusnya, penumpukan barang ini hanya 70 persen atau paling banyak itu 80 persen. Tapi, sekarang ini jumlahnya sudah lebih, sampai 140 persen.

Dampak tidak terkendalinya penumpukan barang salah satunya menyebabkan alat pemindah barang sulit bekerja. Bahkan, alat sering mengalami kerusakan karena penggunaannya yang berlebihan. Hal itu pun membuat kerugian secara materiil.

"Untuk pergeseran satu kontainer, maka biaya yang harus dikeluarkan berkisar Rp1-2 juta. Sementara itu, setiap hari barang kontainer yang digeser jumlahnya lebih dari 300 barang kontainer," jelas dia.

Sebelumnya, Asisten Perekonomian DKI Jakarta, Hasan Basri Saleh mengatakan Pemprov DKI tidak bisa menyelesaikan masalah pembangunan pelabuhan Tanjung Priok sendiri. Apalagi, banyak permasalahan yang dihadapi Jakarta, sehingga semuanya harus dibicarakan dengan pemerintah pusat.

"DKI tidak bisa menyelesaikan Jakarta sendiri karena ada batasannya dan itu harus ada kerja sama dengan pemerintah pusat," kata Hasan.